Decision

“You’re dying, right?”

Suara itu memecah kesunyian ruangan. Ruangan yang dipenuhi dengan alat-alat elektronik dan juga tiang-tiang infus. Ruangan itu bersih, wangi dan terdapat beberapa bunga beserta potnya yang bertanggar dibeberapa meja. Seorang pria terbaring diatas kasur, terlihat sekarat.

“So? This is it? Hanya ini yang bisa menghentikan kamu?” suara itu kembali terdengar.

“You tell me, you can take care of yourself, even without me. Do you see now?”

“You’re dying!”

Sambil memandangi pria didepannya. Menahan kesal.

“Setiap kali aku bertanya kabar. Kamu bilang baik-baik saja. Tidak ada penyakit yang bisa menghampiriku. Kau menyombong. Tapi, lihat sekarang!!!”

Kesal dan sedih. Emosi yang seharusnya berlawanan, sekarang berkelut di kepalanya. Berkelahi hingga hati tidak dapat menahan rasa.

Gadis itu mengusap matanya. Hampir dia dapat memendung air yang terniang di matanya tapi tetap tak tertahankan. Air mata itu menetes sedikit demi sedikit.

“See what you did? You make me cry!” gadis itu menarik bangku mendekati kedua kaki nya yang sudah mulai bergetar karena menahan emosi yang bergejolak, dan duduk di sebelah kasur tepat ditempat pria itu berbaring.

Di genggamnya tangan pria itu. “You promised you will take care of yourself and make me happy”

“And now. I’m back here, to saw you dying??”

“What’s wrong with you? Someone said that you are drinking a lot and never stop to smoking!! And another one said that you are close to a lot of women?”

“Is that correct!?”

“What do you want, actually?”
“And where are they now? Your womens!!”
“No one!!”
“They all gone!!”
“And you are dying here!!”
“Alone!!”

Air mata gadis itu kembali menetes dan kali ini mengenai lengan yang digenggamnya.

Sesaat, jari jemari yang di genggamnya bergerak sedikit.

Gadis itu sejenak terkejut. Antara senang, sedih dan kesal. Emosi sudah memuncak.

“You try to get up? Huh!!”

“What for? Agar kamu bisa mendekati wanita lain? Lagi?”

“Please stop that, bro! Jangan seperti itu lagi..!”

Air matanya dengan cepat menetes, tapi gadis itu mengabaikannya.

“I’m scared!”

“No one can understand you, bro! I’m scared, you will not have anyone..”

Jemari pria itu kembali bergerak, disertai dengan kelopak mata yang bergetar. Dan gadis itu melihatnya.

“Wake up!! So I can hit you!” seraya mengancam, gadis itu menggenggam lebih erat.

Mata pria itu terbuka sedikit, dengan bibir yang bergetar. Mencoba mengucapkan sesuatu.

Gadis itu terpana, mendekatkan diri dan menyodorkan kupingnya kedepan mulut pria itu, agar suaranya terdengar. “Kamu ingin berbicara apa, kak?”

Terdengar suara pelan yang terbata-bata dari mulut yang lemah itu.

“Sh-shut up, si-sist!! Yo-you disturb my-my nap!”

Seketika itu juga.

Air mata yang terbendung di mata gadis itu keluar tak terkendali. Isak tangis tak tertahankan. Melepas genggaman tangannya, gadis itu memeluk dan menangis tersedu-sedu.

Pria dihadapannya mencoba menggerakkan tangannya, mencoba untuk membalas memeluk gadis yang bersamanya.

“To-tolong jangan me-menangis, dek. A-aku baik-baik saja”

“Kakak sudah koma selama berminggu-minggu. Kami mengira, kakak tidak akan kembali. Dan sekarang kakak bilang, baik-baik saja?”

“You have a lot of things to tell me.”

“But, wait a minute! I will call the doctor..”


Seorang dokter masuk keruangan itu. Gadis itu diminta untuk keluar.

Sang dokter memeriksa semua yang sudah menjadi tugas dia. Semua prosedur pemeriksaan, dilakukannya.

Setelah beberapa lama, dokter itu keluar dari ruangan.

Gadis yang berada diluar ruangan langsung menghampirinya.

“Bagaimana, dok? Is he alright?”

“Ya. Dia baik-baik saja. Tubuhnya masih letih. Dia masih butuh istirahat.”

“Boleh saya melihatnya, dok?”

“Ya. Tentu saja boleh”

Gadis itupun beranjak dari tempat dia berdiri. Tapi tak lama, langkahnya tertahan.

“Oh iya, mba. Mungkin saat ini dia baik-baik saja, tapi ada kemungkinan, beberapa ingatan dia ada yang hilang. Tolong bantu dia pada saat rehabilitas nanti”

“Baik, dok! Terima kasih..”

Dan gadis itu pun melanjutkan langkahnya.

Hilang ingatan yah? Apakah ingatan dia tentang ‘itu’ juga hilang. Semoga saja dia tidak mengingat, agar dia dapat melanjutkan hidup dengan normal. Aku putuskan, aku akan tetap bersama dia, menjaganya. Dan juga untuk memastikan dia ingat atau tidak dengan hal ‘itu’.

Leave a comment