[Chap. 4] Sweet Cake with Passion

Pagi ini, Takahiro kecil terbangun karena suara bising yang terdengar dari arah dapur rumahnya.

Takahiro kecil duduk dipinggir kasur dan mencoba melihat apa yang sedang terjadi di dapur. Sambil mengusap-usap matanya, dia mencoba untuk memperjelas penglihatannya.

Tampak ibunya sedang sibuk disana. Takahiro kecil turun dari kasur dan menghampirinya.

“Kamu sudah bangun, Taka?” sapa ibunya. “Ibu sudah siapkan sarapan di meja makan. Telur mata sapi kesukaanmu. Sarapan dulu sana..” pinta sang ibu kepada Taka kecil yang tampak masih mengantuk.

“Asyik..!” soraknya. Takahiro kecil sangat menyukai telur mata sapi. Cukup dengan nasi dan ditambah sedikit soy sauce sudah seperti makanan yang mewah baginya.

Takahiro kecil makan dengan lahap. Sambil mengunyah sarapannya, Taka kecil memperhatikan ibunya yang sedang mengolah adonan yang tampaknya terbuat dari ubi.

Imo kintsuba (芋きんつば) atau satsuma kintsuba (薩摩きんつば) adalah kintsuba yang isi kuenya (bahasa Jepang: an,) dibuat dari ubi jalar atau imo yōkan. Bentuknya juga persegi.

Kintsuba (きんつば atau 金鍔) atau kintsubayaki adalah kue Jepang golongan wagashi berupa selai kacang merah dibungkus terigu. Adonan pembungkus selai kacang merah dibuat dari terigu yang diencerkan dengan air lalu diulen menjadi lembaran tipis. Kue ini biasanya berbentuk bundar, dan permukaannya dipanggang di atas pelat (wajan datar) yang sudah diolesi minyak goreng. – Wikipedia Kintsuba

Semenjak ayahnya meninggal, ibunya mencari nafkah sendiri dengan membuka kios kue sederhana disudut jalan desa, tempat Takahiro kecil tinggal.

“Sudah selesai..!! ” serunya, sambil memperlihatkan piring yang kosong kepada ibunya. “Bagus sekali, Taka. Taruh piringnya disana, setelah itu kamu mandi.”

Takahiro kecil pun menurutinya dan segeralah dia mandi.

“Ibu akan berjualan di kios. Kamu bermainlah bersama temanmu.” sesaat setelah Taka kecil selesai dan keluar dari kamar mandi.

Hampir setiap hari, jika ibunya berjualan, Takahiro kecil selalu bermain bersama temannya di taman.
Tapi tidak hari ini..

Ke pasar.

“Untuk apa dia bermain bersama temannya ke pasar?”

Takahiro kecil sangat pintar, dia berencana ingin membantu ibunya mencari uang.

“Dengan cara apa dia bisa mendapatkan uang di pasar? Mencopet?”

Tidak. Perbuatan itu tidak pernah terlintas dipikiran Takahiro kecil. Dia tidak akan melakukan hal yang tidak terpuji seperti mencopet. Bukan hanya membuat ibunya marah, bahkan akan membuat keluarganya kecewa.

Temannya mengajak Takahiro kecil kesebuah toko. “Kamu punya berapa Yen?” tanya temannya. Taka kecil merogoh kantung celananya dan mengeluarkan beberapa koin. “Aku punya 50 Yen” jawab si Taka kecil. “Cukup untuk membeli 10 lembar kantung plastik. Disini, mereka menjual kantung plastik lebih murah dibandingkan toko lain. ” kata temannya. “Belilah itu.. Dan jual dengan harga 10 Yen perlembar kepada orang-orang dipasar” lanjut temannya, memberi tahu Taka kecil sambil menunjuk sebungkus benda merah di etalase toko.

Setelah membeli kantung plastik. Berjalan mereka, tidak jauh dari toko menuju pasar. “Kamu kearah sana, dan aku kearah sana. Kita ketemu disini lagi saat plastik kita habis” ucap temannya memberi instruksi. “Ok!” sambil memperlihatkan telunjuk dan ibu jarinya membentuk huruf O, pertanda Taka kecil setuju.

Jualan kantung plastik? Ide yang bagus – pikirnya dalam hati.

3 Comments Add yours

  1. Morbid Angel says:

    Getting better, Aboe… 🙂
    Can’t wait to read the next ones…

    Liked by 1 person

    1. redblack says:

      Thanks mam.. :’)

      Like

Leave a comment